Gontai Langkahmu Masih Terekam Jelas..
Terkadang, butiran keringat menyemburat dari keningmu ketika tergopoh dari Kedai Ajo. Ya tenda Biru yang selalu membuat Kita menyatu dalam pemikiran nan berpihak pada waktu..
Sesaat Pula rekam bayangmu berjuntai di bawah Rindang Pohon Samping Satnarkoba Padang.
Ku ingat secerca harapanmu di pagi Rabu itu. : Kita Harus Jadi Pioner Ben! Kita Harus Jadi Wartawan Bermartabat, dengan Ideologi tak berpinggir..!! Tak seperti ini. Jangan Ben, Biarlah mereka Bergerombol, bersesak di pintu Ruangan Kasatlantas itu. Tetap Di sini. Jangan ciut Dik..!!
Lantas Matamu redup.
Dan selalu, setelah itu kau maknai hidup dengan kepulan rokok.
Kau Tenang Sutan..
Terimakasih….
Dan sekali lagi : Aku sendiri, menyudut di Siku berlumut Poltabes ini..
vizon
Jan 15, 2010 @ 21:47:32
turut berduka atas berpulangnya sang inspiratormu itu Ben…
Benny, kata salah seorang sahabatku, penulis itu adalah manusia abadi. Meski ia telah berpulang ke sisi Tuhannya, namun ia tetap hidup di dunia ini melalui tinggalan tulisan-tulisannya. Maka, janganlah redup oleh kenyataan itu, tetaplah berkobar karena goresan penamu adalah cara Tuhan mencerdaskan manusia, melalui tanganmu 🙂
RUMAH KEADILAN
Jan 15, 2010 @ 21:55:51
Da Vizon : Benar Uda. Penulis itu manusia Abadi.
Tapi Uda, Percayalah, Ketika kita kehilangan Orang yang selalu mengajari hal-hal positif, kita akan merasa kehilangan.
Bahkan mampu melunturkan pucuk semangat.
morishige
Jan 16, 2010 @ 00:09:01
turut berdukacita atas meninggalnya beliau… but we have to move on. dan bukankah kata pejuang lama “mati satu tumbuh seribu”?